Kamis, 19 September 2013

Bentuk-bentuk Komunikasi Nonverbal

1. Komunikasi objek
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.
Kita berkesimpulan bahwa dalam berkomunikasi kita pun merasa tertarik pada pakaian. Gaya berpakaian (berarti kita juga bisa berbicara tentang mode) menentukan keberadaan dan pernyataan diri seseorang.

2. Sentuhan
Disentuh dan menyentuh juga merupakan sarana komunikasi, apakah anda melakukan sentuhan secara sadar atau tidak sadar, tindakan menyentuh merupakan refleksi dari apa yang anda sedang rasakan dan alami. Dengan demikian, arti suatau sentuhan dan alasan anda menyentuh orang lain, memberikan pengetahuan mengenai komunikasi yang kita lakukan.
Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, positif ataupun negatif.

3. Gerakan tubuh
Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan. Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh.
Kontak mata sangat menentukan kebutuhan psikologis dan membantu kita memantau efek komunikasi antarpribadi. Melalui kontak mata, kita dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis kita. Jumlah dan cara-cara penataan mata berbeda dari seseorang dengan orang yang lainnya, dari budaya yang satu ke budaya yang lain.
Kontak mata sebagai symbol komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalam berkomunikasi. Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pemikiran dan perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu perasaan.

4. Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :
Jarak intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
Jarak sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
Jarak publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

5. Vokalik/parabahasa
Vokalik adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.
Ada tiga  klasifikasi dalam vokalik, yaitu:
Kualitas vocal (volume, nada suara, tempo, gema)
Karakteristik vocal (tertawa, menangis, merintih, merengek, menguap)
Pembeda vocal (uh, oh, hmm, mmmh, e, o).

6. Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.

7. Sikap Diam
Peribahasa Afrika mengatakan “dalam diam kita dapat berkata-kata”. Sikap diam dapat mengirimkan petunjuk nonverbal mengenai situasi komunikasi dimana kita berpartisipasi.
Diam sama kuatnya dengan pesan-pesan verbal yang diucapkan dalam kata-kata. Dengan berdiam diri, berarti kita telah berkomunikasi secara nonverbal. Meskipun anda berdiam diri, namun pernyataan wajah anda pun bisa menunjukkan komunikasi antarpribadi dan memberikan pesan dengan makna tertentu terhadap orang lain. Ada banyak pendapat yang mengatakann bahwa: Diam itu emas. Satu gambar sama nilainya dengan 1000 kata.

Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal terletak (terutama) pada pemanfaatan simbol sebagai pesan. Secara kualitatif, Knapp mengemukakan perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, yakni:

  1. Komunikasi verbal mempunyai ciri yang terpisah-pisah, sedangkan komunikasi nonverbal selalu berkesinambungan.
  2. Komunikasi verbal merupakan komunikasi bersaluran tunggal sedangkan nonverbal bersaluran banyak.
  3. Komunikasi verbal selalu berada di bawah pengawasan setiap manusia secara sadar maupun sukarela, sedangkan komunikasi nonverbal tidak dapat diawasi dengan baik apalagi sempurna.


Komunikasi Nonverbal dan Karakteristiknya

Jurnalisme, Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal acapkali dipergunakan untuk menggambarkan perasaan atau emosi. Jika pesan yang anda terima melalui sistem verbal tidak menunjukkan kekuatan pesan maka kita dapat menerima tanda-tanda nonverbal lainnya sebagai pendukung. Komunikasi nonverbal sering juga disebut komunikasi tanpa kata (karena tidak berkata-kata).
 
Komunikasi nonverbal adalah sesuatu yang lain dari pada kata-katanya sendiri, yang mengkomunikasikan atau mempengaruhi (positif atau negatif) pesan yang terkandung dalam kata-kata. Komunikasi nonverbal sering menyatakan segi emosional dari suatu komunikasi, akan tetapi kita sebaiknya membaca kode komunikasi nonverbal dalam hubungannya dengan kata-kata yang menyertainya. Komunikasi nonverbal memberikan umpan balik yang berharga baik bagi pembuat kode maupun bagi pembaca kode. 

Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Karakteristik komunikasi nonverbal dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Prinsip umum komunikasi antarpribadi adalah manusia tidak dapat menghindari komunikasi. Demikian pun kita tidak mungkin tidak menggunakan pesan nonverbal. Itulah prinsip utama. Diam juga adalah komunikasi.
  2. Pernyataan perasaan dan emosi. Komunikasi nonverbal merupakan model utama, bagaimana kita menyatakan perasaan dan emosi. Kita selalu mengkomunikasikan tentang isi dan tugas melalui komunikasi verbal. Bahasa verbal biasanya mengacu pada pernyataan informasi kognitif, sedangkan nonverbal mengacu pada pertukaran perasaan, emosi dengan orang lain dalam proses human relations.
  3. Informasi tentang isi dan relasi. Komunikasi nonverbal selalu meliputi informasi tentang isi dari pesan verbal. Komunikasi nonverbal memberi suatu tanda bahwa kita memerlukan penjelasan terhadap pesan verbal. Dengan tanda yang sama untuk menjelaskan isi suatu kata, dengan tanda yang sama kita dapat menunjukkan keinginan mendapatkan relasi.
  4. Reliabilitas dari pesan nonverbal. Pesan verbal ternyata dipandang lebih reliable daripada pesan nonverbal. Dalam beberapa situasi antarpribadi pesan verbal ternyata tidak reliabel sehingga perlu komunikasi nonverbal.

Rabu, 18 September 2013

Definisi dan Sejarah Jurnalisme

Jurnalisme, Definisi Jurnalisme
Jurnalisme

Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.

Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.


Kewartawanan dapat dikatakan "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun berita seringkali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan.
Para wartawan seringkali berinteraksi dengan sumber yang kadangkala melibatkan konfidensialitas. Banyak pemerintahan Barat menjamin kebebasan dalam pemberitaan (pers).

Aktivitas utama dalam kewartawanan adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau yang sedang hangat (trend). Kewartawanan meliputi beberapa media: koran, televisi, radio, majalah dan internet sebagai pendatang baru.


Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.

Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.

Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Independen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.

Demikian sekilas tentang definisi jurnalisme diambil dari sumber wikipedia