Menurut
Jonathan, dilihat dari segi tujuannya, wawancara dapat dibedakan
atas: (a) wawancara faktual (the
factual interview)
(b) wawancara riset pendapat (the
opinion research interview)
(c) wawancara penegasan kredibilitas narasumber (a
well known personality interview).
Berikut penjelasannya.
- Wawancara faktual (the factual interview). Wawancara jenis ini digunakan untuk mencari, menggali, dan mengumpulkan fakta-fakta. Pertanyaan diarahkan sedalam dan setajam mungkin untuk memperoleh fakta-fakta dan data-data penting yang sudah lama atau sedang dinantikan oleh masyarakat luas.
- Wawancara riset pendapat (the opinion research interview). Wawancara jenis ini tidak dimaksudkan untuk memperoleh dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi, data atau fakta penting. Wawancara jenis ini terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran dan pendapat narasumber. Narasumber yang dipilih bebas, bisa pejabat tinggi negara, bisa intelektual kampus, bisa orang biasa seperti pengemudi becak, pemulung sampah atau pengamen dalam bus kota.
- Wawancara penegasan kredibilitas narasumber (a well known personality interview). Wawancara jenis ini dimaksudkan untuk menguji tingkat kesahihan (validitas) sebuah informasi yang berkembang dalam masyarakat. Untuk keperluan itu, jurnalis mewawancarai pakar atau orang yang ahli dan kompeten di bidangnya. Jawaban dari sang pakar yang memiliki reputasi dan kredibilitas tinggi di bidangnya itu, diharapkan menjadi sumber rujukan bagi masyarakat. Dengan demikian masyrakat memperoleh kepastian dan peneguhan serta pijakan dalam bersikap atau melangkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar